Judul buku : Mendidik dengan Cinta “Tumbuh Kembang Anak”
Penulis : Irawati Istadi
Penerbit : Cakrawala Publishing
Terbit : Cetakan pertama, Maret 2014
Tebal : 358 Halaman
ISBN : 978-979-3785-98-1
Pernahkah
kita dimarahi oleh orang tua sewaktu kecil dulu? Atau pernahkah kita mendapat
hukuman dari mereka atas kesalahan yang kita lakukan? Jika pernah, tentu hal ini
akan melekat baik di dalam memori kita. Dan tanpa disadari ternyata semua peristiwa
itu akan menjadi referensi dalam menyikapi kelakuan anak-anak kita di masa sekarang.
Menyaksikan
anak-anak TK dan SD yang masuk hari pertama di sekolah merupakan peristiwa yang
luar biasa, para guru dan orag tua akan disuguhkan dengan beragam kejadian yang
mungkin diluar sangkaan. Mulai dari anak yang over acting, aktif, pemalu,
hingga anak-anak yang selalu menangis ketika ditinggal orang tua di sekolah.
Bagi orang tua yang memiliki kesibukan karja, dan bagi guru yang harus memberikan
perhatian pada seluruh peserta didiknya tentu hal ini akan menimbulkan masalah
tersendiri jika tidak dapat disikapi dan diatasi dengan bijak.
Setiap
anak berbeda dan unik, masing-masing tentu memiliki kelebihan dan keunggulan
tersendiri. Hal ini mengakibatkan para orang tua dan guru harus mampu memilah
dan memilih cara terbaik untuk berkomunikasi dengan mereka dan menggali potensi
bakat mereka. Jika cara yang dilakukan keliru, maka hal ini dapat mempengaruhi
masa depan mereka. Setidaknya secara garis besar anak digolongkan pada tiga
tipe. Pertama anak yang mudah, biasanya anak-anak seperti ini memiliki
keberanian yang luar biasa, percaya diri, mudah bergaul dan terbuka dengan
berbagai informasi. Anak seperti ini menjadi harapan sebagian besar orang tua
yang memiliki kesibukan, sehingga waktu mereka tidak habis terbuang menunggui
anak. Kedua anak yang perlu
pemanasan, biasanya anak seperti ini tidak terlalu berani, namun bukan pula
penakut, dan terkadang suka ragu-ragu dalam bersuara. Biasanya anak seperti ini
membutuhkan waktu lebih banyak untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan yang
baru, dan jika mereka telah mengenal lingkungannya maka mereka tidak kalah
berani dengan anak-anak yang pertama. Namun orang tua biasa bersikap tidak
sabar menghadapi anak seperti ini dan menghardiknya dengan berbagai cercaan dan
memberikan julukan-julukan yang tidak baik. Ketiga anak yang sulit, anak
seperti ini sangat tergantung pada orang tua atau pengasuhnya, cendrung pemalu,
penakut, dan sulit beradaptasi dengan lingkungan. Namun demikian, mereka punya
kelebihan tersendiri yaitu mudah untuk dikendalikan.
Dalam
berbagai situasi, anak sering kali dianggap berbuat salah atas apa yang mereka
lakukan. Dan sebagai responnya orang tua ataupun guru menjatuhkan hukuman, teguran
hingga memberi anak julukan yang tidak baik. Padahal, bisa saja apa yang
dilakukan anak bukan karena mereka sengaja melanggarnya, namun bisa jadi karena
faktor ketidak tahuan mereka, dan kita sebagai orang dewasa selalu menghakimi
mereka atas ketidak tahuan mereka. Apakah mereka yang salah, atau orang tua dan
gurulah yang salah?
Semua
anak memiliki potensi kebaikan, yang akan berkembang dengan maksimal jika
dibantu dengan pemberian kepercayaan. Hal ini membuat kepercayaan dari orang
tua ataupun guru menjadi sangat penting bagi potensi kebaikan yang dimiliki
anak. Anak yang telah diberikan label dengan label yang tidak baik, akan sulit
mengubah dirinya menjadi lebih baik. Karena lingkungannya telah memberi nilai
yang tidak baik kepadanya. Dan hal ini akan tertanam dalam memorinya.
Salah
satu cara yang dapat dilakukan orang tua adalah selalu berprasangka baik kepada
anak, seiring dengan selalu menggiringnya pada hal-hal yang lebih baik. Ketika
anak lebih memilih bermain dengan teman-temannya yang sedang menunggu di luar
rumah dari pada mengikuti perintah orang tua untuk merapikan mainannya yang
berantakan, tidak baik bagi orang tua menganggap si anak bandel, pemalas, atau
jorok. Mungkin mereka baru belajar pentingnya menepati janji dan kesetiakawanan.
Bagi mereka ini lebih prioritas, dan merapikan mainan dapat dikemudiankan. Maka
orang tua juga harus mampu untuk
memahami alasan anak.
Dalam
buku Mendidik Dengan Cinta “Tumbuh Kembang Anak” ini, penulis berupaya
untuk berbagi kepada kita tentang seni
mendidik anak. Didalamnya tidak hanya dibahas mengenai seni berkomunikasi
dengan buah hati kita, namun juga mengelola konflik yang sering terjadi antar
saudara dalam keluarga, pembentukan pribadi anak, memupuk potensi otak anak,
hingga bagaimana menyampaikan tentang organ tubuh manusia yang terkadang
ditanyakan anak, dan orang tua menganggap tabu untuk menjawabnya.
Buku
ini dekemas dengan menarik, jumlah halamnnya yang banyak tidak akan membuat
kita merasa berat dalam melahap tiap lembarnya. Hal ini dikarenakan berbagai
kondisi yang muncul di dalam dunia anak-anak dapat ditampilakan penulis dalam
bentuk narasi yang kadang membuat kita tertawa geli dan mengangguk-anggukkan kepala ketika
membacanya. Buku ini dapat membantu para orang tua, guru, hingga orang-orang yang
berkecimpung di dunia anak-anak pra sekolah hingga SD. Bagi kita yang memiliki
anak, dan ingin mendapat cara terbaik dalam berkomunikasi dengan mereka dalam
merangsang dan melejitkan potensi mereka, buku ini tidak salah jika dijadikan
referensinya. Wallahu a’lam***
Syafruddin.
Guru SDIT-SMPIT
Al Kindi Pekanbaru.
0 komentar :
Post a Comment