Home » » Mendidik Anak Dengan Cinta

Mendidik Anak Dengan Cinta

Written By Unknown on Thursday, 22 October 2015 | 17:46


Mendidik Anak Dengan Cinta
Oleh: Syafruddin
Judul buku      : Mendidik dengan Cinta “Tumbuh Kembang Anak”
Penulis             : Irawati Istadi
Penerbit           : Cakrawala Publishing
Terbit               : Cetakan pertama,  Maret 2014
Tebal               : 358 Halaman
ISBN               : 978-979-3785-98-1

Pernahkah kita dimarahi oleh orang tua sewaktu kecil dulu? Atau pernahkah kita mendapat hukuman dari mereka atas kesalahan yang kita lakukan? Jika pernah, tentu hal ini akan melekat baik di dalam memori kita. Dan tanpa disadari ternyata semua peristiwa itu akan menjadi referensi dalam menyikapi kelakuan anak-anak kita  di masa sekarang.
Menyaksikan anak-anak TK dan SD yang masuk hari pertama di sekolah merupakan peristiwa yang luar biasa, para guru dan orag tua akan disuguhkan dengan beragam kejadian yang mungkin diluar sangkaan. Mulai dari anak yang over acting, aktif, pemalu, hingga anak-anak yang selalu menangis ketika ditinggal orang tua di sekolah. Bagi orang tua yang memiliki kesibukan karja, dan bagi guru yang harus memberikan perhatian pada seluruh peserta didiknya tentu hal ini akan menimbulkan masalah tersendiri jika tidak dapat disikapi dan diatasi dengan bijak.
Setiap anak berbeda dan unik, masing-masing tentu memiliki kelebihan dan keunggulan tersendiri. Hal ini mengakibatkan para orang tua dan guru harus mampu memilah dan memilih cara terbaik untuk berkomunikasi dengan mereka dan menggali potensi bakat mereka. Jika cara yang dilakukan keliru, maka hal ini dapat mempengaruhi masa depan mereka. Setidaknya secara garis besar anak digolongkan pada tiga tipe. Pertama anak yang mudah, biasanya anak-anak seperti ini memiliki keberanian yang luar biasa, percaya diri, mudah bergaul dan terbuka dengan berbagai informasi. Anak seperti ini menjadi harapan sebagian besar orang tua yang memiliki kesibukan, sehingga waktu mereka tidak habis terbuang menunggui anak. Kedua  anak yang perlu pemanasan, biasanya anak seperti ini tidak terlalu berani, namun bukan pula penakut, dan terkadang suka ragu-ragu dalam bersuara. Biasanya anak seperti ini membutuhkan waktu lebih banyak untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru, dan jika mereka telah mengenal lingkungannya maka mereka tidak kalah berani dengan anak-anak yang pertama. Namun orang tua biasa bersikap tidak sabar menghadapi anak seperti ini dan menghardiknya dengan berbagai cercaan dan memberikan julukan-julukan yang tidak baik. Ketiga anak yang sulit, anak seperti ini sangat tergantung pada orang tua atau pengasuhnya, cendrung pemalu, penakut, dan sulit beradaptasi dengan lingkungan. Namun demikian, mereka punya kelebihan tersendiri yaitu mudah untuk dikendalikan.
Dalam berbagai situasi, anak sering kali dianggap berbuat salah atas apa yang mereka lakukan. Dan sebagai responnya orang tua ataupun guru menjatuhkan hukuman, teguran hingga memberi anak julukan yang tidak baik. Padahal, bisa saja apa yang dilakukan anak bukan karena mereka sengaja melanggarnya, namun bisa jadi karena faktor ketidak tahuan mereka, dan kita sebagai orang dewasa selalu menghakimi mereka atas ketidak tahuan mereka. Apakah mereka yang salah, atau orang tua dan gurulah yang salah?
Semua anak memiliki potensi kebaikan, yang akan berkembang dengan maksimal jika dibantu dengan pemberian kepercayaan. Hal ini membuat kepercayaan dari orang tua ataupun guru menjadi sangat penting bagi potensi kebaikan yang dimiliki anak. Anak yang telah diberikan label dengan label yang tidak baik, akan sulit mengubah dirinya menjadi lebih baik. Karena lingkungannya telah memberi nilai yang tidak baik kepadanya. Dan hal ini akan tertanam dalam memorinya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan orang tua adalah selalu berprasangka baik kepada anak, seiring dengan selalu menggiringnya pada hal-hal yang lebih baik. Ketika anak lebih memilih bermain dengan teman-temannya yang sedang menunggu di luar rumah dari pada mengikuti perintah orang tua untuk merapikan mainannya yang berantakan, tidak baik bagi orang tua menganggap si anak bandel, pemalas, atau jorok. Mungkin mereka baru belajar pentingnya menepati janji dan kesetiakawanan. Bagi mereka ini lebih prioritas, dan merapikan mainan dapat dikemudiankan. Maka  orang tua juga harus mampu untuk memahami alasan anak.
Dalam buku Mendidik Dengan Cinta “Tumbuh Kembang Anak” ini, penulis berupaya untuk  berbagi kepada kita tentang seni mendidik anak. Didalamnya tidak hanya dibahas mengenai seni berkomunikasi dengan buah hati kita, namun juga mengelola konflik yang sering terjadi antar saudara dalam keluarga, pembentukan pribadi anak, memupuk potensi otak anak, hingga bagaimana menyampaikan tentang organ tubuh manusia yang terkadang ditanyakan anak, dan orang tua menganggap tabu untuk menjawabnya.
Buku ini dekemas dengan menarik, jumlah halamnnya yang banyak tidak akan membuat kita merasa berat dalam melahap tiap lembarnya. Hal ini dikarenakan berbagai kondisi yang muncul di dalam dunia anak-anak dapat ditampilakan penulis dalam bentuk narasi yang kadang membuat kita tertawa geli  dan mengangguk-anggukkan kepala ketika membacanya. Buku ini dapat membantu para orang tua, guru, hingga orang-orang yang berkecimpung di dunia anak-anak pra sekolah hingga SD. Bagi kita yang memiliki anak, dan ingin mendapat cara terbaik dalam berkomunikasi dengan mereka dalam merangsang dan melejitkan potensi mereka, buku ini tidak salah jika dijadikan referensinya. Wallahu a’lam***


Syafruddin.
Guru SDIT-SMPIT Al Kindi Pekanbaru.



0 komentar :

Post a Comment

Popular Posts

Followers